MDMC Ajak Masyarakat Tabayyun Isu Gelombang Panas (Heatwave) dan Bangun Kesiapsiagaan Hadapi Cuaca Ekstrem

Yogyakarta (7/5) – Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) ajak masyarakat ber-tabayyun dalam menanggapi isu gelombang panas (heatwave) akibat kenaikan suhu bumi mencapai maksimal yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini.

Melalui webinar “Pencegahan dan Kesiapsiagaan Nasional Hadapi Gelombang Panas di Indonesia” yang dilaksanakan pada siang ini (7/5), MDMC mengundang Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan tenaga kesehatan untuk menjawab fenonema heatwave secara ilmiah.

Dr. Siswanto, M.Sc., Sub Koordinator Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, menyebutkan bahwa suhu panas yang terjadi di Indonesia saat ini tidak termasuk dalam fenomena heatwave, akan tetapi sebagai akibat dari perubahan iklim.

Sebagaimana pernyataan resmi yang telah diinfokan oleh BMKG bahwa Indonesia tidak termasuk dalam wilayah gelombang panas karena geografi Indonesia berada pada titik evakuator dan terdiri dari lautan dan kepulauan.

Adapun salah satu tanda untuk dapat dikatakan sebagai fenomena gelombang panas adalah terjadinya kenaikan suhu panas yang tidak normal dan terjadi selama 5 hari berturut-turut, sedangkan Indonesia tidak mengalami hal tersebut.

Ketua MDMC Ajak Bersiap Siaga Hadapi Cuaca Ekstrem

Di sisi lain, cuaca ekstrem yang saat ini terjadi tetap harus dikaji penyebab dan dampaknya. Maka dari itu Budi Setiawan, Ketua MDMC menghimbau seluruh wilayah untuk menyiapkan diri hadapi perubahan iklim saat ini.

“Fenomena ini mengajak kita (MDMC) untuk berpikir serta bersiap-siap, tentu kesiapan membutuhkan pemahaman yang serius tentang heatwaves. Jangan sampai kita mengabaikan peringatan dari lembaga resmi” ujarnya.

Menurut Budi, apapun kondisinya (fenomena iklim) jika berdampak pada keberlangsungan hidup seseorang maka antisipasi adalah kewajiban bagi MDMC dengan memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat.

Jika dipandang secara kesehatan, fenomena cuaca ekstrem saat ini memang memiliki dampak cukup serius terutama bagi anak-anak, lansia dan penyandang komorbid.

Dalam hal ini, dr. Nurmila, M.Kes, Sp.PD., dari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar, menyebutkan bahwa tekanan panas yang berlebih dapat menimbulkan terjadinya penyakit heat stress.

Maka dari itu, selain dengan pemahaman mengenai perubahan iklim yang baik, tindakan preventif untuk mengurangi risiko dampak kesehatan perlu dipersiapkan. Seperti pemenuhan kebutuhan air dalam tubuh, menghindari kontak langsung dengan matahari dan penggunaan bahan pakaian yang menyerap keringat. (MDMC/FAA)

Leave A Comment

All fields marked with an asterisk (*) are required

X