MDMC Gelar Pelatihan Luring Psikososial, Jadi Ajang Dialog dan Diskusi

Yogyakarta (28/10) – Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) selenggarakan “Pelatihan Kesehatan Mental dan Layanan Dukungan Psikososial” pada 27-28 Oktober 2023 di Wisma Sargede Yogyakarta. Pelatihan psikososial ini merupakan pelatihan lanjutan yang dilakukan secara luring dengan peserta sebanyak 38 orang. Adapun peserta hadir berasal dari MDMC Wilayah, Maharesigana, Humanitarian Forum Indonesia (HFI), Relawan Muhammadiyah dan umum. Budi Setiawan, S.T., Ketua MDMC PP Muhammadiyah, dalam sambutannya menyampaikan pentingnya pelatihan psikososial bagi setiap lembaga kemanusiaan sebagai upaya pendampingan kepada penyintas pasca bencana. “Semoga dalam 2 hari ini kita bisa berdialog dan saling memperkaya pengetahuan dan pengalaman” ujarnya. Ia juga berharap bahwa pelatihan ini dapat membawa umpan balik dan masukan untuk perbaikan sistem layanan dukungan psikososial yang lebih baik. Adapun pelatihan yang diselenggarakan juga bertujuan untuk menilai kelayakan layanan yang sudah pernah dilakukan oleh peserta sehingga mampu memunculkan masukan dan solusi yang lebih komprehensif terhadap macam-macam kasus psikososial di lapangan. “Penyintas terdampak gempa dengan penyintas erupsi, masing-masing membutuhkan cara-cara yang berbeda” tambahnya. Salah satu pembahasan yang disampaikan oleh Zakarija Achmat, M.Si., Psikolog., Ketua Bidang Diklat MDMC PP Muhammadiyah bahwa dalam situasi bencana, relawan tidak boleh membiarkan anak bersedih atau menangis di hari kedua pasca bencana terjadi. Seseorang dengan gejala traumatis atau memiliki kesulitan dalam bersosialisasi juga tidak boleh diberikan jeda untuk sendiri. “Kalau dalam situasi bencana kita menemukan seseorang yang seperti itu, kita harus mendampinginya” jelasnya. Lebih lanjut, dalam praktik psikososial dukungan layanan yang diberikan harus mengarah kepada peningkatan resiliensi individu, memperkuat faktor pelindung dan menurunkan faktor risiko. “Arah kita adalah meningkatkan kemampuan coping, jaringan sosial, spiritual dan kemampuan mengelola stress” jelasnya lagi. Zakarija Achmat juga menambahkan bahwa dalam psikososial terdapat istilah intervensi psikososial sebagai langkah memberikan layanan. Dalam pemaparannya, dijelaskan bahwa secara umum setiap relawan mampu memberikan intervensi psikososial sampai pada level community development, network strengthening dan mutual support-building. Selama sesi materi berlangsung, peserta diajak untuk merefleksikan kemampuan coping terhadap dirinya masing-masing sebelum memberikan dukungan layanan psikososial. Hal tersebut dimaksudkan untuk melihat kemampuan peserta dalam memposisikan dirinya saat menangani penyintas. Peserta juga didorong untuk berbagi pengalaman dan dinamika layanan saat dilapangan, sehingga memunculkan berbagai kasus untuk dipelajari bersama.(AFF/MDMC)

Add a Comment

Your email address will not be published.