Muhammadiyah Serahkan 10 Hunian Sementara di Sulawesi Barat
Mamuju - Sulawesi Barat. Pasca berakhirnya masa tanggap darurat gempa Sulawesi Barat, tanggal 4 Februari 2021 silam dan memasuki masa pemulihan, Muhammadiyah melalui Lazismu dan MDMC membangun 10 hunian sementara (huntara) bagi warga terdampak.
Huntara itu berlokasi di Desa Lombong, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene sebanyak 7 unit dan Desa Tampalang, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju sebanyak 3 unit. Pelaksanaan pembangunan berlangsung selama 12 hari dimulai sejak tanggal 22 Februari 2021 dengan pelaksana Divisi Tanggap Darurat dan Rehabilitasi Rekonstruksi MDMC PP Muhammadiyah dengan koordinator Dharmawan.
Dharmawan mengatakan 10 huntara tersebut dibangun untuk warga yang sudah diseleksi berdasarkan hasil assesmen sebelumnya dan memenuhi kriteri-kriteria yang ditetapkan. “Sepuluh keluarga penerima bantuan huntara ini adalah mereka penyintas gempa yang mempunyai anggota keluarga masuk kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, anak-anak dan mereka belum menerima bantuan hunian dari lembaga lain,” katanya.
Tanggal 3 dan 4 Maret 2021 lalu ke sepuluh huntara tersebut diserahkan kepada keluarga penerima manfaat di masing-masing oleh Bagas Kurnia Arbi selaku pengawas lapangan pembangunan huntara dari MDMC PP Muhammadiyah.
Bagas mengatakan semua huntara dibangun dengan ukuran dan bahan yang sama. “Huntara-huntara tersebut masing-masing berukuran 4X3,6 meter terbuat dari rangka baja, atap seng dan tembok calsiboard. Sembilan huntara didirikan di atas tanah masing-masing warga penerima manfaat dan 1 huntara menumpang tanah milik orang lain karena memang penerima tidak punya tanah sendiri,” katanya.
Bagas mengatakan 9 unit huntara selesai dibangun hari Selasa, 2 Maret 2021 dan 1 unit selesai tanggal 3 Maret 2021. “Alhamdulilah sembilan unit huntara kami serahkan tanggal 3 Maret dan satu unit kami serahkan tanggal 4 Maret 2021,” ujarnya.
Salah satu penerima huntara tersebut adalah Geger Haying Mumpah (68 tahun), seorang petani warga dusun Taparia, Desa Tampalang, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju. Rumah yang ditinggali bersama keluarga besarnya roboh dan hanya menyisakan atap yang tinggal sebagian saja.
Pak Geger, begitu panggilan akrabnya, ketika ditemui mengatakan dirinya saat itu sedang berada diluar rumah ketika gempa terjadi. “Seandainya saya masuk ke dalam rumah, mungkin kami sekeluarga meninggal semua karena tidak ada yang menolong. Alloh sudah berkendak baik, saya keluar, sehingga sayalah yang menolong keluarga saya” katanya.
Yang memilukan, dalam kejadian tersebut Pak Geger harus merelakan menantunya bernama Rudi meninggal dunia, sementara anak perempuanya (istri Rudi) mengalami patah kedua kakinya dan seorang cucunya patah kaki serta tangan. “Alhamdulillah ada bantuan dokter dari Angkatan Laut dan mereka dirawat di kapal rumah sakit Angkatan Laut selama 10 hari,” imbuhnya.
Kini, Pak Geger bisa bernapas lega karena dia menjadi salah satu penerima bantuan huntara dari Muhammadiyah. “Terima kasih banyak kepada Muhammadiyah atas bantuannya, kami tidak bisa membalas dengan apapun, Alloh yang membalas” pungkasnya. (Tim Media MDMC).