MDMC Hadirkan Webinar “MDMC Spotlight: Pentingnya Kemampuan Diagnosa Bagi First Responder Tangani Korban Kasus Patah Tulang saat Bencana”
Yogyakarta (19/1) – Pertama kalinya, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah hadirkan webinar MDMC Spotlight yang bertajuk “Penanganan Patah Tulang pada Respon Kebencanaan Bagi First Responder” secara daring pada Kamis (18/1) kemarin. Diikuti oleh 137 peserta, giat webinar ini menjadi pemantik dalam pembahasan penanganan awal korban bencana alam yang awam untuk diketahui relawan dan masyarakat.
Disampaikan oleh Dr. dr. Meiky Fredianto, Sp.OT(K), selaku Dokter Spesialis Ortopedi yang sekaligus membidangi Tanggap Darurat dan Rehabilitasi Rekonstruksi (TDRR) di MDMC PP Muhammadiyah, bahwa relawan non medis atau masyarakat umum dapat menjadi penolong pertama (first responder) di lokasi bencana, namun dengan catatan dilakukan sesuai prosedur.
“Relawan harus mengetahui sebagai apa dia ditugaskan. Hal pertama yang harus dipastikan adalah keamanan dan keselamatan relawan, kemudian memastikan kondisi korban dalam keadaan yang aman dan diketahui gejala yang dirasakan” jelasnya.
Meski penanganan awal dapat dilakukan oleh siapapun, tetapi pada kasus patah tulang penting bagi first responder untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan khusus di lapangan. Seringkali, kepanikan atau keprihatinan terhadap kondisi korban membuat first responder melakukan penanganan terburu-buru dan menimbulkan risiko lebih besar dibandingkan dampak dari bencana itu sendiri.
Dikatakan Dokter Meiky bahwa salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki adalah kemampuan mendiagnosa korban bencana “Dengan kemampuan mendiagnosa, artinya kita harus mampu memilah dan memilih korban yang harus kita tangani secepatnya dan mana yang tidak. Dalam istilah kedokteran itu disebut triase” imbuhnya.
Selain itu, first responder juga diharapkan mampu mendiagnosa gejala patah tulang yang dialami korban. Adapun korban dengan kondisi patah tulang terbuka (tulang muncul dipermukaan kulit) lebih mudah untuk diketahui dibandingkan patah tulang tertutup.
“Yang menjadi kendala adalah mengidentifikasi patah tulang yang tidak terlihat karena bentuknya seperti normal. Tetapi fraktur biasanya akan terjadi pembengkakan, lalu ketika kita tekan daerah tulang itu akan timbul rasa nyeri, kadang-kadang saat kita periksa kalau kita tarik akan menimbulkan bunyi” jelasnya.
Giat webinar kali ini memunculkan banyak pertanyaan peserta mengenai kemampuan dan pengetahuan apa yang harus dimiliki oleh relawan non medis atau masyarakat karena merekalah yang paling dekat saat bencana terjadi. Sehingga melalui MDMC Spotlight ini menjadi pemantik untuk menginisiasi pelatihan lanjutan bagi first responder saat bencana alam. (MDMC/FAA)