WHO Latih Manajemen Pasien Covid 19 Pada 400 Tenaga RS Muhammadiyah
Yogyakarta, 6/03/2021. Sudah satu tahun lebih sejak ditemukan kasus pertama Covid-19 dan Muhammadiyah membentuk gugus tugas Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) serta menugaskan puluhan rumah sakit sebagai tempat perawatan para penderita Covid-19 di berbagai daerah di tanah air. Sampai saat ini Muhammadiyah tetap aktif membantu pemerintah dalam menangangi pandemi Covid-19.
Dalam menghadapi Covid-19, Muhammadiyah dibantu oleh banyak pihak selama memberikan layanan kesehatan di 84 Rumah Sakit Muhammadiyah dan Asyiyah (RSMA) yang ditunjuk. Salah satunya adalah dari organisasi kesehatan dunia (WHO) yang memberikan bantuan pelatihan bagi para tenaga kesehatan dan non kesehatan di 20 RSMA yang ditunjuk.
Dua puluh RSMA itu adalah RS PKU Muhammadiyah Mayong Jepara, Kutowinangun Kebumen, Rogojampi Banyuwangi, Sekapuk Gresik, Nanggulan Kulonprogo, Fastabiq Sehat Pati. Kemudian RS Muhammadiyah Taman Puring Jakarta, Babat Lamongan, Ahmad Dahlan Kediri dan RS Muhammadiyah Palembang.
Selanjutnya RS Islam Jakarta Sukapura, Siti Asyiyah Madiun, Aminah Blitar dan RSI Banjarmasin. RSU Muhammadiyah Bandung Tulungagung, Surya Melati Kediri, RS Asyiyah Ponorogo, RS Padang, RS Universitas Ahmad Dahlan, RS PKIA PKU Muhammadiyah Kotagede.
Corona Rintawan selaku manajer program pelatihan dari Muhammadiyah mengatakan bahwa pelatihan tersebut diikuti oleh 400 orang peserta. “Pelatihan secara online sudah selesai dilaksanakan sejak bulan Desember 2020 dan diikuti oleh 200 tenaga kesehatan dan 200 tenaga non kesehatan dari 20 RSMA yang ditunjuk,” katanya.
Pelatihan ini, kata Corona terdiri dari dua macam yaitu manajemen kasus Covid-19 kemudian manajemen pengendalian dan pencegahan infeksi di rumah sakit. Dengan pelatihan tersebut, pihaknya ingin meningkatkan kapasitas karyawan RSMA dalam hal penanganan dan manajemen kasus Covid-19.
“Kami sudah selesai melaksanakan pelatihan yang ditargetkan sebanyak 5 kali dan angka kelulusan mencapai target lebih dari 80%. Saat ini kami menuju tahap supervisi yang dilaksanakan oleh koordinator di masing-masing rumah sakit. Dalam satu bulan ke depan mengumpulkan hasil supervisi tersebut,” ujarnya.
Secara teknis pelatihan dalam satu gelombang dibagi jadi dua sesi yaitu satu untuk tenaga kesehatan dan satu untuk tenaga non kesehatan. “Pelatihan ini kan bobotnya tentu beda untuk manajemen kasus bagi tenaga kesehatan memang lebih dalam, lebih rinci dan lebih teknis. Sedangkan untuk manajemen kasus untuk tenaga non kesehatan lebih singkat dan ringan,” kata Corona. (Tim Media MDMC).