Fenomena La Nina, MDMC Meminta Masyarakat Waspada dan Siap Siaga*
Fenomena La Nina tahun 2021 diprediksi oleh BMKG relatif sama dengan tahun sebelumnya. Fenomena ini menyebabkan potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan, maka perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan, sebab curah hujan tinggi berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.
Intensitas hujan lemah sampai sedang diprediksi setidaknya akan terjadi hingga Februari 2022. Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) PP Muhammadiyah, Budi Setiawan menghimbau masyarakat supaya lebih berhati-hati dan mewaspadai peningkatan curah hujan dan puting beliung.
“Di Jogja saja yang putting belung relatif jarang, tapi kemarin di jalan Wates ada baliho ambruk, ini menunjukkan kepada kita semuanya peringatan untuk lebih berhati-hati. Kepada masyarakat kita berharap fenomena La Nina kita hadapai dengan kewaspadaan,” tuturnya kepada reporter muhammadiyah.or.id pada (25/11).
Meningkatnya curah hujan akibat fenomena La Nina, Budi mengajak masyarakat untuk ‘sedia payung sebelum hujan’. Kalau bagi masyarakat kota, supaya membersihkan gorong-gorong atau saluran air, dan tidak membuang sampah di saluran air. Di sisi lain masyarakat juga waspada akan bahaya petir.
“Masyarakat harus kembali melihat lingkungannya, termasuk penangkal petirnya perlu dites lagi, karena kalau terjadi sambaran petir juga sangat berbahaya,” sambungnya.
“Sedia payung sebelum hujan menjadi sebuah hal yang nyata, payung tidak dimaknai sebagai materi sebuah payung, tapi kesiapsiagaan kita menghadapi fenomena La Nina. Karena memang dibuktikan di Indonesia 90 persen bencana itu dari hidrometeorologi,” imbuhnya.
Fenomena La Nina ini memicu perhatian serius bagi kawasan-kawasan yang rawan tanah longsor, Budi menambahkan, beberapa waktu lalu kejadian tanah longsor yang terjadi Banjarnegara menelan korban jiwa berjumlah 4 orang.
Sejak menerima peringatan dari BMKG, LBP atau Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) telah melakukan respon dengan mengirim surat kepada MDMC Pimpinan Wilayah untuk meningkatkan kewaspadaan. Budi menyebut, peringatan awal yang disampaikan MDMC telah banyak direspon wilayah sampai daerah dengan men siap siagakan relawan.
Budi mengingatkan bahwa November ini belum puncak musim hujan, oleh karena itu kewaspadaan senantiasa harus dikedepankan. Terkait itu, MDMC khususnya yang berada di sepanjang Bengawan Solo untuk senantiasa siaga. Selain di Jawa, MDMC juga sudah merespon banjir yang terjadi di Sintang, Kalimantan Barat.
“Kita mengirim beberapa tim dari Kebumen, dari Banyuwangi, dan hari ini berangkat tim medis dari Jogja ke daerah bencana di Kalimantan,” ungkapnya.
Terkait bencana alam yang berdampak pada penurunan bahkan pemutusan penghasilan, Budi mengajak publik dan warga Muhammadiyah untuk membantu meringankan beban logistik penyintas melalui donasi yang disalurkan kepada LazisMu.
Bencana alam yang terjadi bersamaan dengan pandemi covid-19, Budi menyebut fenomena ini sebagai bencana multi hazard. Sebab bencana terjadi bersamaan. Oleh karena itu ia berpesan supaya relawan tetap taat prokes, meskipun angka paparan covid-19 mulai landau tapi masyarakat tidak boleh abai.
* Repost dari : muhammadiyah.or.id