Praktek Baik Muhammadiyah dalam Bencana Menjadi Materi Pembelajaran Lembaga Internasional
Praktek baik yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam urusan kemanusiaan maupun bencana global bukan hanya didengar dan ditulis, tapi juga seringkali menjadi materi dalam pembelajaran atau knowledge sharing bagi lembaga bencana internasional.
“Jadi bukan hanya brand yang kita dapatkan, tapi banyak hal seperti perluasan dan pengenalan peran Muhammadiyah dalam kemanusiaan dan bencana global,” ucap perempuan yang akrab disapa Amma ini pada, Senin (30/5) di acara Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah – ‘Aisyiyah ke-48 di Edutorium KH. Ahmad Dahlan, UMS.
Menurutnya, Muhammadiyah tidak bisa bergerak sendiri sebab jika berlaku tersebut Muhammadiyah akan kehilangan jaringan. Selain itu, gerak atau peran penanggulangan dalam urusan kemanusiaan dan bencana yang dilakukan oleh Muhammadiyah menjadi sempit.
Landasan gerak dalam kemanusiaan dan bencana global yang dilakukan oleh Muhammadiyah, kata Amma, bahwa kehadiran Islam yang dipercayai oleh Muhammadiyah merupakan rahmatan lil alamin. Dalam pandangan Amma, hal ini menjadikan gerak atau perhatian Muhammadiyah terhadap kemanusiaan dan bencana global tidak terbatas teritorial.
Selain itu, peran penanggulangan masalah kemanusiaan dan bencana global menurutnya harus bersifat inklusif, tidak boleh dibatasi teritorial, suku, bangsa, ras, dan golongan. Pandangan tersebut menjadikan Muhammadiyah tidak ragu dalam melakukan gerakan penolong kesengsaraan umum dalam konteks masyarakat global.
Gerakan penanggulangan masalah kemanusiaan dan bencana secara global, imbuhnya, juga sering menyasar komunitas-komunitas muslim di banyak Negara. Pengalaman Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dalam penanggulangan masalah kemanusiaan global, seringkali yang mereka tolong adalah saudara seiman.
“Kita melihat banyak Negara-negara Islam dan komunitas-komunitas muslim di belahan dunia mengalami masalah krisis kemanusiaan,” ucapnya.
Amma mengamati, bahwa Pekerjaan Rumah Muhammadiyah saat ini adalah belum adanya blue print atau kerangka kerja, dan masih rendahnya knowledge sharing di internal Muhammadiyah. Sebab seringkali MDMC diajak sharing oleh pihak eksternal, tetapi dari internal Muhammadiyah seperti Perguruan Tinggi Muhammadiyah – ‘Aisyiyah (PTMA) jarang.
“Kita berharap internasionalisasi bukan hanya dilakukan melalui layanan kemanusiaan tapi juga melalui knowledge sharing terkait dengan masalah kemanusiaan universal. Hal ini penting bagi praktik baik Muhammadiyah untuk bisa semakin meluas diketahui oleh publik”. Tutupnya. (muhammadiyah.or.id)